Selasa, 12 Juni 2012

pelangi biru part 1


Pelangi biruuu,,,

                Walau pun  “dia” tak ada di tempat ini,,, Tetapi pelangi terus menunggunya. Memandang taman bunga yang dahulu tempat mereka berbagi cerita,  menghapuskan kesepian biru. 
                Ya, biru. Teman kecilnya itu tak lagi disini. Ia pergi bersama kenangan. Pelangi berharap ia masih dapat melihat biru di tempat ini “taman bunga di belakang istana, walaupun dalam hatinya ada ketakutan bahwa biru tak dapat mengingatnya atau yang lebih parah, biru tak dapat  melihatnya.
                Di tempat ini, pelangi bermain bersama biru, mendengarkan cerita dari biru, yang membuatnya tahu, bahwa dunia bukan hanya tempat ini. Dunia ini luas dan lebih indah daripada yang ia tahu. Tetapi kembali sempit setelah kepergian biru. Delapan tahun yang lalu.
                Namun hari ini sangat berbeda, alangkah senangnya pelangi ketika mendengar kata salah seorang pelayan istana bahwa biru akan pulang besok. Betapa bahagianya pelangi mendengar kata kata itu. Ya, senang tak terhingga tetapi bercampur ketakutan yang tak terhingga juga.
                Malam ini, pelangi terus menunggu pagi,  ia duduk di atas pohon berbunga di belakang istana.
                Esok hari pun tiba, terdengar para pelayan sibuk menyambut kedatangan pangeran mereka, hati pelangi berdebar kecjang menunggu saat2 itu, di lihatnya dari kejauhan iring iringan istana telah datang bersama pangeran mereka. Dengan senangnya pelangi berlari ke halaman depan, langkah kakinya mulai melambat ketika melihat seseorang yang tampan turun dari mobil, Ya, itu adalah biru. Pelangi berdiri tepat di jalan yang disedikan untuk biru, di kiri kanan banyak pelayan istana berseragam. Para pelayan mulai nenundukkan kepala ketika Biru berjalan, dan sekarang biru tepat di hadapan pelangi  Pelangi tersenyum sambil memegang setangkau dandelion, “bunga kesukaan biru”. Namun apa, senyum pelangi langsung berubah menjadi air mata haru, saat ia tahu bahwa biru tak mengingatnya bahkan biru terus berjalan tanpa sedikitpun melihat baru.
                Pelangi  terdiam sejenak disitu, lalu ia berlari kencang meninggalkan sorak sorai orang orang yang menyambut kedatangan pangeran biru. Pelangi terus menangis sampai di rumahnya. Ibunya tak kuasa melihat pelangi seperti itu. “Seharusnya kau sudah tau pelangi, kau tak perlu menagis” kata ibu pelangi. “ia telah melupakanku Bu, padahal aku tak pernah melupakannya sedetik pun.”
                “ia melupakan mu bukan karena salahnya, itu karena ia hanya manusia biasa, jangankan tuk mengingatmu, merasakan kehadiranmu ia tak mampu lagi”
 “tapi dulu aku temannya bu, dan hanya aku temanNya”
“ia, tapi itu dulu pelangi, saat ia masih menjadi seorang anak yang kesepian, ia dapat melihat sosokmu, tapi kini ia telah dewasa, ia tak mampu lagi melihatmu, kau adalah seorang peri, yang hanya dapat di lihat oleh satu orang anak yang baik hati dan kesepian, dan anak itu adalah pangeran biru saat kecil, bukan sekarang”
Pelangi masih tidak dapat menerima kata kata dari ibunya, ia masih tidak percaya.
“percayalah pelangi, tak ada yang sia-sia, perpisahan seperti adalah yang wajar dan harus kita lewati”.