Pelangi biruuu,,,
Walau
pun “dia” tak ada di tempat ini,,,
Tetapi pelangi terus menunggunya. Memandang taman bunga yang dahulu tempat
mereka berbagi cerita, menghapuskan
kesepian biru.
Ya,
biru. Teman kecilnya itu tak lagi disini. Ia pergi bersama kenangan. Pelangi
berharap ia masih dapat melihat biru di tempat ini “taman bunga di belakang
istana, walaupun dalam hatinya ada ketakutan bahwa biru tak dapat mengingatnya
atau yang lebih parah, biru tak dapat
melihatnya.
Di
tempat ini, pelangi bermain bersama biru, mendengarkan cerita dari biru, yang
membuatnya tahu, bahwa dunia bukan hanya tempat ini. Dunia ini luas dan lebih
indah daripada yang ia tahu. Tetapi kembali sempit setelah kepergian biru.
Delapan tahun yang lalu.
Namun
hari ini sangat berbeda, alangkah senangnya pelangi ketika mendengar kata salah
seorang pelayan istana bahwa biru akan pulang besok. Betapa bahagianya pelangi
mendengar kata kata itu. Ya, senang tak terhingga tetapi bercampur ketakutan
yang tak terhingga juga.
Malam
ini, pelangi terus menunggu pagi, ia
duduk di atas pohon berbunga di belakang istana.
Esok
hari pun tiba, terdengar para pelayan sibuk menyambut kedatangan pangeran mereka,
hati pelangi berdebar kecjang menunggu saat2 itu, di lihatnya dari kejauhan
iring iringan istana telah datang bersama pangeran mereka. Dengan senangnya
pelangi berlari ke halaman depan, langkah kakinya mulai melambat ketika melihat
seseorang yang tampan turun dari mobil, Ya, itu adalah biru. Pelangi berdiri
tepat di jalan yang disedikan untuk biru, di kiri kanan banyak pelayan istana
berseragam. Para pelayan mulai nenundukkan kepala ketika Biru berjalan, dan
sekarang biru tepat di hadapan pelangi
Pelangi tersenyum sambil memegang setangkau dandelion, “bunga kesukaan
biru”. Namun apa, senyum pelangi langsung berubah menjadi air mata haru, saat
ia tahu bahwa biru tak mengingatnya bahkan biru terus berjalan tanpa sedikitpun
melihat baru.
Pelangi terdiam sejenak disitu, lalu ia berlari
kencang meninggalkan sorak sorai orang orang yang menyambut kedatangan pangeran
biru. Pelangi terus menangis sampai di rumahnya. Ibunya tak kuasa melihat
pelangi seperti itu. “Seharusnya kau sudah tau pelangi, kau tak perlu menagis”
kata ibu pelangi. “ia telah melupakanku Bu, padahal aku tak pernah melupakannya
sedetik pun.”
“ia
melupakan mu bukan karena salahnya, itu karena ia hanya manusia biasa,
jangankan tuk mengingatmu, merasakan kehadiranmu ia tak mampu lagi”
“tapi dulu aku temannya bu, dan hanya aku
temanNya”
“ia, tapi itu dulu pelangi, saat
ia masih menjadi seorang anak yang kesepian, ia dapat melihat sosokmu, tapi
kini ia telah dewasa, ia tak mampu lagi melihatmu, kau adalah seorang peri,
yang hanya dapat di lihat oleh satu orang anak yang baik hati dan kesepian, dan
anak itu adalah pangeran biru saat kecil, bukan sekarang”
Pelangi masih tidak dapat
menerima kata kata dari ibunya, ia masih tidak percaya.
“percayalah pelangi, tak ada yang sia-sia,
perpisahan seperti adalah yang wajar dan harus kita lewati”.